Jumat, 14 Maret 2014

Tanaman Obat-Cengkeh

 CENGKEH (Syzygium aromaticum)

    TAKSONOMI
Kingdom   : Plantae
Divisi        : Spermatophyta
Subdivisi   : Angiospermae
Kelas         : Dicotyledonae
Bangsa      : Myrtales
Suku          : Myrtaceae
Marga        : Syzygium
                                                      Jenis          : Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry

 Morfologi
DAUN (folium)
Daun cengkih tidak termasuk daun lengkap karena memiliki tangkai daun (petiolus), helaian daun (lamina), namun tidak memiliki upih/pelepah daun (vagina). Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya. Termasuk daun majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun.
Bangun daunnya (circumscriptio) adalah lanset (lanceolatus), ujungnya (apex) adalah runcing (acustus) pangkalnya (basis folii) adalah meruncing (acuminatus), susunan tulang daunnya (nervatio) adalah menyirip penninervis), tepi daunnya (margo) adalah rata (integer), dan daging daunnya (intervenium) adalah seperti kertas, tipis tetapi cukup tegar (papyraceus). Daun ini berwarna hijau. Ukuran daun cengkeh :
- Lebarnya  berkisar 2-3 cm
- Panjang daun kira-kira 7,5 -12,5 cm.
Daun, bunga, dan tangkainya mengandung minyak cengkeh yang banyak disenangi orang karena baunya yang khas. Selain itu minyak tersebut mempunyai sifat stimulan, anestetik, karminatif, antiemetik, antiseptik dan antispasmodik. Bunga dan buahnya muncul pada ujung rantingnya. Warna dari bunganya
- Keungu-unguan lalu menjadi kuning kehijau-hijauan (muda)
- Merah muda (tua)

  BATANG (Caulis)
Batang dari pohon cengkeh biasanya memiliki panjang 10-15 m. Batang berbentuk bulat (teres), permukaan batangnya kasar biasanya memiliki cabang-cabang yang dipenuhi banyak ranting atau dapat dikatakan lebat rantingnya. Arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus) dan cara percabangan dari rantingnya dapat dikatakan monopodial karena masih dapat dibedakan antara batang pokok dan cabangnya. Lalu arah tumbuh cabangnya adalah condong ke atas (patens). Selain itu pohon cengkeh dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun. Tangkainya kira-kira1-2,5 cm (Steenis 1975).

AKAR (Radix)
Sistem akarnya tunggang, akar ini merupakan akar pokok (berasal dari akar lembaga) yang kemudian bercabang-cabang. Bentuk akar tunggangnya termasuk berbentuk tombak (fusiformis) pada akar tumbuh cabang yang kecil-kecil. Akar kuat sehingga bisa bertahan sampai puluhan bahkan ratusan tahun. Akarnya biasanya mampu masuk cukup dalam ke tanah.

  BIJI (Semen)
            Pohon cengkeh mampu menghasilkan biji setelah penanaman 5 tahun. Bijinya terdiri dari kulit (spedodermis), tali pusar (funiculus), dan inti biji (nukleus seminis). Walaupun dalam jangka 20 tahun masih dapat menghasilkan biji, biji ini dapat dikatakan sudah tidak menguntungkan. Hal ini dikarenakan kualitasnya telah menurun dan tidak dapat digunakan lagi untuk industri, misal rokok.

  BUNGA (Flos)
            Bunga cengkeh muncul pada ujung ranting daun (flos terminalis) dengan tangkai pendek dan bertandan (bunga bertangkai nyata duduk pada ibu tangkai bunga). Bunga cengkeh termasuk bunga majemuk yang berbatas karena ujung ibu tangkainya  selalu ditutup bunga. Bunga terdiri dari tangkai (pedicellus), ibu tangkai (pedunculus), dan dasar bunga (repectaculum). Bunga cengkeh adalah  bunga tunggal (unisexualis) jadi masih dapat dibedakan menjadi bunga jantan (flos masculus) dan betina (flos femineus). Dasar bunganya (repectaculum) menjadi pendukung benang sari dan putik (andoginofor).
Bunga cengkeh ini termasuk dalam setangkup tunggal maksudnya hanya bisa dibagi oleh satu bidang simetri menjadi 2 bagian. Warna bunganya akan berubah-ubah sesuai umur pohonnya. Saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan , kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan jika sudah tua menjadi merah muda.

  BUAH (Fructus)
            Cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya termasuk buah semu karena ada bagian bunga yang ikut ambil bagian dalam pembentukan buah.

    Anatomi

            Seperti diketahui bahwa tumbuhan cengkeh terdiri dari akar, batang , dan daun yang tentunya pada masing-masing organ tersebut memiliki lapisannya masing masing. Pada akarnya tersusun atas lapisan epidermis, korteks dan stele. Bagian korteksnya terdiri dari bagain eksodermis, parenkim korteks, dan endodermis. Sedangkan berkas pengangkut ada pada bagian stele selain berkas pengangkut stele masih mengandung selapis sel parenkim (perisikel).
            Daun dari cengkeh yang berwarna hijau tersusun atas bagian epidermis atas, mesofil (terdiri dari jaringan tiang dan spons selau ada pada tumbuhan dikotil), jaringan pengangkut, dan epidermis bawah.
            Lalu pada batangnya yang berbentuk bulat terdiri dari epidermis, korteks , stele (ada berkas pengangkut), dan empulur. Tipe berkas pengangkutnya adalah kolateral terbuka, jadi antara xilem dan floem terdapat kambium yang menyebabkan tumbuhan dapat bertambah besar.
            Untuk bunganya yang tumbuh pada ujung (flos terminalis) ada 4 bagian seperti kelopak, mahkota, benang sari, dan putik. Kelopak tersusun atas: epidermis atas, mesofil (+klorenkim), berkas pengangkut, dan epidermis bawah. Mahkota tersusun atas epidermis atas, mesofil, berkas pengangkut, danepidermis bawah. Benang sarinya terdiri dari epidermis, parenkim, berkas pengangkut, dan serbuk sari. Terakhir putik tersusun atas epidermis, parenkim, berkas pengangkut, ovulum.
            Buah cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya secara umum tersusun atas bagian-bagian secara umum pada kulit buah antara lain epikarpium, mesokarpium, dan endokarpium. Selain itu ada septum dan ovarium.
            Pada bijinya yang sering dipakai dalam industri rokok terdiri dari kulit biji, endosperm, dan embrio.
Pada berkas penganngkut secara lebih rinci berupa xilem dan floem. Untuk xilem, sel ini tersusun atas trakea, trakeida, serabut xilem, dan  parenkim kayu.xilem ini memiliki ciri yang membedakan dengan floem yaitu merupakan penyusun utama sel kayu, terdiri dari sel sklerenkimatis, dan sel mati kecuali untuk parenkim kayunya. Fungsinya untuk pengangkut air dan mineral, penguat. Sedangkan floem terdiri dari sel tapis, sel pengiring, parenkim floem, dan serabut floem yang berupa serabut sklerenkim. Ciri-cirinya adalah pada umumnya berada di luar xilem, tersusun atas sel parenkim, dan merupakan sel hidup kecuali serabut floem. Fungsinya mengangkut hasil asimilasi.. 

 Legenda CengkehPada suatu ketika Sultan Ternate mengadakan pertemuan dengan para pemimpin wilayah dari seluruh Maluku untuk mengajak bergabung dengan kerajaan Ternate. Di antara pemimpin tersebut diundang pula Raja dari Kerajaan Kapahaha. Maksud diadakannya pertemuan tersebut adalah Sultan Ternate berkeinginan menjadikan semua wilayah yang ada di Maluku masuk dalam wilayah kekuasaan Ternate, dan semua pemimpin yang hadir pada saat itu menyetujui rencana tersebut kecuali Raja Kapahaha, setiap wilayah yang sudah bergabung dengan kesultanan Ternate wajib membayar upeti kepada sultan Ternate. Selang beberapa waktu lamanya sebagai wujud penolakan Raja Kapahaha untuk bergabung dengan Kesultanan Ternate, Raja Kapahaha mengirim upeti kepada Sultan Ternate dan setelah upeti itu dibuka ternyata isinya adalah mayat bayi. Sultanpun langsung memerintahkan pengawalnya untuk memakamkan mayat tersebut di depan keraton.
Beberapa tahun kemudian, terjadi keanehan pada makam tersebut karena pada dua batu nisannya tumbuh dua tanaman, yang kemudian dirawat dengan baik oleh para abdi di Keraton namun satu tanaman di nisan bagian kaki mati dan yang tinggal hanya tanaman di nisan bagian kepala. Seiring dengan berjalannya waktu, tanaman tersebut tumbuh dengan suburnya.  Sultan lalu mengadakan suatu acara dengan mengundang semua pemimpin di wilayah kekuasaannya termasuk Raja Kapahaha, akan tetapi Raja Kapahaha mengutus seorang punggawa kerajaan yaitu Upu Hatunuku untuk mewakili Raja.
Setibanya di Keraton Ternate semua tamu tertarik dengan tanaman tersebut dan mereka berkeinginan membawa buah dari tanaman itu pulang. Namun keinginan mereka tidak diperkenankan oleh Sultan Ternate dengan alasan tanaman tersebut menjadi sejarah hubungan Keraton Ternate dengan Kerajaan Kapahaha. Setelah selesai pertemuan, Upu Hatunuku tak menyadari kalau pada ujung tongkatnya yang berlubang telah masuk beberapa biji dari tanaman tersebut. Setibanya di Wawane, tongkat tersebut lalu diletakkan di sebelah rumah yang beberapa lama kemudian ujung bawah tongkat tersebut pecah. Upu Hatunuku kemudian memeriksa tongkatnya dan mendapati biji dari tanaman yang ada di depan keraton Ternate. Ia lalu menanam biji tersebut dan ketika pohonnya besar diberi nama Pukulawang yang artinya Tidak Bergabung dan Ingin Sendiri atau bermakna juga Takjub Melihatnya.
Cengkeh biasa digunakan sebagai bumbu masakan pedas bagi negara-negara di Eropa, juga sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh dapat tumbuh pada ketinggian 10 hingga 20 meter, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan siap dipanen setelah mencapai panjang 1,5 hingga 2 cm.
Di Indonesia, cengkeh banyak ditemui di Kepulauan Banda. Selain itu, cengkeh juga tumbuh subur di Madagaskar, Zanzibar, India, dan Srilangka.
Pada masa lalu, harga cengkeh cukup mahal. Pada abad ke-4, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk mengunyak cengkeh (busyet), agar nafasnya harum. Cengkeh, pala dan merica sangatlah mahal pada zaman Romawi. Cengkeh jadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan. Pada akhir abad ke 15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Laut India. Bersama itu diambil alih juga perdagangan cengkeh dengan perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan sultan dari Ternate. Orang Portugis membawa banyak cengkeh yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu, harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram emas. Perdagangan cengkeh akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke 17. Dengan susah payah, orang Perancis berhasil membudidayakan pohon Cengkeh di Mauritius pada tahun 1770. Cengkeh lalu dibudidayakan di Guyana, Brasilia dan Zanzibar. Pada abad ke 17 dan ke 18 di Inggris, harga cengkeh sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor.
Sebagai rempah-rempah, cengkeh pernah menduduki peringkat pertama dibandingkan dengan produk rempah lainnya. Sebelum lemari es dan freezer diketemukan oleh A.H. Goss dari AS pada tahun 1913, maka pengewetan daging dilakukan dengan eugenol dari bunga cengkeh. Karenanya, ketergantungan benua Amerika pada cengkeh menjadi tinggi sekali. Sebab di benua ini daging sapi dan domba merupakan menu utama. Pada musim dingin, ternak yang jantan harus segera dipotong supaya tidak menghabiskan persediaan jerami. Untuk mengawetkannya, daging tersebut dilumuri dengan serbuk bunga cengkeh kering. Itulah yang dilakukan oleh masyarakat Eropa selama berabad-abad. Dan cengkeh yang berasal dari kepulauan Maluku diperdagangkan secara estafet. Mula-mula dibawa ke Jawa, lalu ke Sumatera dan Semenanjung Malaya. Selanjutnya ada dua jalur perdagangan. Pertama melalui laut ke India dan jazirah Arab, Balkan lalu ke Eropa. Kedua ke Cina lalu melalui jalur perdagangan sutera langsung ke Timur Tengah dan Balkan.
Ketika abad-abad XIV dan XV kekaisaran Otoman berkuasa, jalur perdagangan cengkeh terganggu. Harga komoditas ini melambung hingga lebih tinggi dibanding emas. Waktu itu masyarakat Eropa hanya tahu bahwa cengkeh berasal dari “kepulauan rempah-rempah” di tanah India. Mulailah dicari upaya untuk “menemukan” jalan ke kepulauan rempah-rempah tersebut. Ada yang berlayar ke arah selatan menyusuri pantai Afrika, ada yang ke utara hingga kapalnya pecah dan ada pula yang ke arah barat. Sebab ketika itu sudah muncul kesadaran bahwa bumi ini berbentuk bulat dan bukannya datar. Hingga kalau kita berlayar ke arah barat, akhirnya juga akan sampai ke pulau rempah-rempah di tanah India. Salah satu pelaut yang berupaya menemukan jalur ke kepulauan India itu adalah Christophorus Columbus. Tahun 1492 ia berlayar ke arah barat dan mendarat di kepulauan Bahama di laut Karibia. Karena mengira telah sampai ke tanah India maka masyarakat setempat pun disebutnya Indian, sampai sekarang. Sementara jalur pelayaran ke kepulauan Maluku pada akhirnya diketemukan melalui tanjung Harapan di ujung benua Afrika. Sejak itulah bangsa kulit putih (Inggris, Belanda dan Portugis) berdatangan untuk mencari rempah-rempah, khususnya cengkeh.
Cengkeh (Syzygium aromaticum) adalah tanaman asli kepulauan Maluku. Komoditas inilah bersama-sama dengan lada dan pala yang telah membuat bangsa Belanda menguasai negeri ini. Karena merupakan komoditas “maha penting” Belanda sangat menjaga ketat kebun cengkeh mereka, agar tidak ada benih yang lolos keluar. Namun akhirnya Inggris berhasil mencuri beberapa biji cengkeh dan mengembangkannya di Madagaskar serta Zanzibar. Kondisi agroklimat Zanzibar telah membuat cengkeh Maluku itu mengalami mutasi hingga menciptakan varietas baru: cengkeh zanzibar. Daun cengkeh zanzibar lebih lebar dan tebal serta menggelombang. Sementara cengkeh asli Maluku berdaun tipis, lebih sempit serta meruncing. Warna pucuk daun cengkeh zanzibar cokelat kemerah-merahan. Pucuk cengkeh maluku hijau kekuningan. Bunga cengkeh zanzibar lebih besar dan gemuk serta berwarna cokelat kemerahan. Cengkeh maluku lebih ramping dan kecil, warnanya hijau kekuningan. Produktifitas cengkeh zanzibar juga lebih tinggi dibanding cengkeh asli dari Maluku. Itulah sebabnya ketika terjadi demam bertanam cengkeh pada tahun 1960 dan 1970an pilihan petani jatuh ke cengkeh zanzibar. Bukan cengkel asli dari Maluku.
Namun kelemahan cengkeh zanzibar adalah rentan terhadap penyakit Pytoptora serta cacar daun. Dua penyakit ini hampir tidak pernah menyerang cengkeh maluku. Habitat asli tanaman cengkeh adalah pulau vulkanis dengan angin laut yang leluasa bertiup. Cengkeh tumbuh baik pada ketinggian mulai dari 0 m. sampai dengan 800 m. dpl. Lebih dari 800 m, cengkeh memang akan tumbuh lebih subur, namun tidak mau berbuah. Pengembangbiakan cengkeh dilakukan melalui biji. Bunga cengkeh yang tidak dipetik, akan berkembang menjadi “buah cengkeh” Ukuran buah cengkeh ini sebesar ujung kelingking tangan orang dewasa. Pemetikan bunga dilakukan pada saat menjelang mekar. Kalau terlalu awal dipetik, ukuran bunga masih terlalu kecil. Sebaliknya apabila terlalu lambat dipetik, bunga akan terlanjut mekar hingga kandungan eugenolnya akan berkurang atau hilang. Bunga yang telah dipetik berikut tangkainya itu harus segera dirontokkan (dipisahkan dari tangkainya) lalu dijemur sampai kering. Tangkai bunga cengkeh ini masih memiliki nilai ekonomis. Meskipun harganya jauh lebih murah dibanding dengan bunganya.
Daun cengkeh yang rontok pun sebenarnya masih memiliki nilai ekonomis. Di hampir semua kawasan penghasil cengkeh, selalu ada ketel penyulingan minyak daun cengkeh. Daun-daun yang rontok itu biasanya dikumpulkan oleh anak-anak sekolah lalu disetorkan ke pengusaha penyulingan. Kadar minyak daun cengkeh kering ini berkisar antara 2 sampai dengan 3 % (tiap 100 kg. daun cengkeh kering diperoleh minyak antara 2 sampai 3 kg. Harga minyaknya antara Rp 40.000,- sampai dengan Rp 50.000,- per kg. Setelah kulkas diketemukan, bukan berarti cengkeh menjadi komoditas tak berguna. Budaya mengisap tembakau (rokok) di Indonesia, telah berkembang dari “hanya tembakau virginia” (rokok putih) menjadi tembakau dengan rajangan daun cengkeh. Perkembangan inilah yang telah membuat Indonesia dari negara pengekspor cengkeh sejak jaman kerajaan-kerajaan Hindu dulu sampai dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, akhirnya menjadi pengimpor cengkeh terbesar di dunia. Selain untuk rokok, pemanfaatan eugenol dalam minyak asiri bunga, gagang dan daun cengkeh juga berkembang mulai dari industri makanan, farmasi, kosmetik sampai ke parfum. Pengurangan dan penambahan atom karbon (C) dalam eugenol, bahkan telah menghasilkan bahan penting yang sangat diperlukan dalam pembuatan bom serta bahan bakar pesawat ulang-alik.
Selama ini Indonesia masih merupakan penghasil cengkeh terbesar di dunia. Termasuk pemasok minyak daun dan gagang cengkeh. Namun pemasok minyak bunga cengkeh serta oleoresinnya adalah India. Meskipun negeri ini bukan merupakan penghasil cengkeh yang penting di dunia. Tahun 1960 dan 1970an, harga cengkeh juga melambung tinggi, karena industri keretek yang tumbuh pesat. Pertumbuhan industri rokok keretek ini sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi nasional serta pertumbuhan jumlah penduduk. Masyarakat lalu tergiur untuk menanam cengkeh secara besar-besaran. Kebetulan pula antara tahun 1968 sampai dengan 1978 (selama 10 tahun), Menteri Pertanian kita Prof. Dr. Thoyib Hadiwijaya adalah seorang ahli cengkeh. Jadi makin kuatlah demam bertanam cengkeh nasional pada waktu itu. Hingga sawah-sawah berpengairan teknis pun, banyak yang disulap menjadi tempat penyemaian cengkeh. Tetapi tanaman ini baru akan berbuah optimal setelah melampaui usia 10 tahun. Karena kebutuhan cengkeh sudah semakin mendesak, maka pemerintah pun mengeluarkan ijin untuk melakukan impor cengkeh. Kondisi inilah yang menyebabkan harga cengkeh jatuh pada tahun-tahun 1980 dan 1990an.
“Untungnya” pada tahun 1970dan 1980an, areal cengkeh varietas zanzibar di Indonesia banyak yang mati karena terserang penyakit pytoptora dan cacar daun. Seandainya tidak, maka panen cengkeh nasional akan sangat melimpah hingga terjadi hiper produksi. Padahal, dalam kondisi hanya over produksi pun, harga cengkeh telah jatuh dari belasan ribu rupiah pada akhir tahun 1970an, tinggal Rp 2.000,- per kg. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk membentuk Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) yang dalam praktek justru menjalankan sistem monopoli. Tahun 1990an adalah puncak kejengkelan petani cengkeh terhadap BPPC. Banyak petani yang menelantarkan kebun cengkehnya. Ada pula yang menuruti anjuran pemerintah untuk menebang tanaman cengkehnya. Setelah pemerintah Orde Baru tumbang dan BPPC dibubarkan, harga cengkeh kembali merayap naik. Puncaknya terjadi tahun 2001. Harga cengkeh kering mencapai Rp 80.000,- per kg. Padahal ketika itu hampir di semua tempat di Indonesia pohon cengkeh berbunga dengan sangat lebatnya.
Naiknya harga cengkeh dengan sangat fantastis disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pabrik cengkeh memang tidak punya stok karena pada jaman BPPC mereka membatasi pembelian cengkeh. Ketika BPPC dibubarkan, nilai kurs rupiah terhadap $ US juga naik dari hanya Rp 2.400,- menjadi pernah mencapai Rp 15.000,- per 1 $ US. Tahun ini pabrik rokok membatasi diri membeli cengkeh. Sebab mereka terkena kenaikan cukai rokok dan sedang berkonsentrasi untuk memborong tembakau. Pabrik rokok besar memang selalu menyimpan cengkeh serta tembakau untuk stok minimal selama tiga tahun. Sebab bahan baku tersebut akan menjadi stabil setelah mengalami masa penyimpanan minimal selama tiga tahun. Selain faktor tersebut, fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa areal tanaman cengkeh kita telah menyusut dengan sangat drastis. Baik karena rusak terkena hama/penyakit maupun sengaja ditebang oleh petani sendiri. Kalau sekarang-sekarang ini demam bertanam cengkeh tumbuh lagi, maka 10 sampai 20 tahun mendatang harga cengkeh akan kembali ambruk.
. 
Kandungan Cengkeh
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil rempah, salah satunya adalah tanaman cengkeh. Tanaman tropis yang berasal dari Maluku ini sudah banyak dibudidayakan untuk diambil bunga dan minyaknya. Minyak cengkeh (Eugenia aromatica) dapat dihasilkan dari penyulingan serbuk kuntum cengkeh kering (clove oil), serbuk tangkai kuntum cengkeh (clove stem oil), dan daun cengkeh kering (clove leaf oil).
Tanaman cengkeh dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis. Minyak cengkeh banyak dimanfaatkan oleh dokter gigi sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu, tanaman ini juga digunakan dalam industri farmasi, penyedap masakan, dan wewangian.
Sifat kimiawi dan efek farmakologis dari cengkeh adalah hangat, rasanya tajam, aromatik, berhasiat sebagai perangsang (stimulan), antiseptik, peluruh kentut (icarminative), anestetik lokal, menghilangkan kolik, dan obat batuk. Kandungan kimia pada cengkeh adalah karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B1, lemak, protein, dan eugenol.
Sebagai obat tradisional cengkeh memiliki khasiat mengatasi sakit gigi, sinusitis, mual dan muntah, kembung, masuk angin, sakit kepala, radang lambung, batuk, terlambat haid, rematik, campak, dan lain-lain.

 Khasiat dan Manfaat Cengkeh Sebagai Obat Herbal ‘’Batuk’’
Saat cuaca yang sedang tak menentu membuat kesehatan menjadi menurun. Batuk, flu, hingga gangguan pencernaan bisa terjadi. Jika Anda malas meminum obat, semuanya bisa diatasi dengan cara yang mudah dan alami.
Mengunyah cengkeh yang dicampur dengan garam dapat membantu mengeluarkan dahak Anda. Selain itu, kembang mungil itu juga dapat mengurangi iritasi pada tenggorokan. Mengunyah cengkih yang telah matang bisa menjadi obat efektif bagi batuk Anda.
Rasanya mungkin sedikit getir dan ada pahitnya, tetapi kandungan kimia dalam cengkeh adalah ekspektoran alami yang mengencerkan dahak.
Cara membuat dan menggunakan
10 butir cengkeh, 10 lembar daun sirih, 5 lembar daun tapak liman, 3 butir kapulaga, 2 jari kayu manis, gula aren secukupnya, semua bahan direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400cc disaring, kemudian diminum 2 kali sehari, sehari 200cc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar